Rawa Pening Antara Sinergis dan Antagonis | Kompasiana
Rawa Pening adalah sebuah danau alam secara administratif terletak di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Danau di ketinggian sekitar 478mdpl dengan luas sekitar 2.670ha dengan 4 kecamatan yang mengelinginya menjadikam Rawa Pening sangat vital keberadaanya. Sektor pertanian, perikanan, pariwisata dan sumber
energi listrik tergantung sepenunya terhadap potensi air dari Rawa Pening. Pentingnya potensi air yang mampu menopang berbagai kebutuhan menjadikan perhatian sendiri untuk kwalitas dan kwantitas air di Rawa Pening.
Ada 14 desa yang mengelilingi lingkar luar Rawa pening. Kebon Dowo adalah satu Desa yang terletak disisi selatan Rawa Pening dengan penduduk mayoritas sebagai nelayan. 60% penduduk Desa Kebon Dowo yang berprofesi sebagai nelayan, baik sebagai penangkap ikan, pembudidaya ikan dan pencari Eceng Gondok. Menurut data di Kelurahan ada sekitar 2000-an jiwa yang tercatat sebagai nelayan yang menggantungkan sepenuhnya pada Rawa Pening.
Perhatian penting saat ini adalah kwalitas dan kwantitas air di Rawa Pening, sebab kunci pokok ada di air. Ada beberapa sungai besar yang memasok air ke danau, seperti; Galeh, Parat, Torong, Panjang dan Legi. Banyak sumber mata air juga menjadi kontribusi air, namun ada beberapa yang terbesar seperti; Rawa Pening, Muncul, Brebesan, Cobening, Tutup, Puteran, Sebebek, Telengalit dan Cepedang. Banyaknya masukan air “inlet” menyebabkan debit air Rawa Pening cukup stabil sepanjang musim.
Permasalahan saat ini yang berkaitan dengan perairan di Rawa Pening adalah kwalitas air dan gulma perairan. Sedimentasi adalah masalah permasalahan krusial yang dihadapai. Ada 2 penyebab sedimentasi, yaitu kontribusi sungai-sungai yang menjadi inlet Rawa Pening dan pembusukan tanaman di perairan danau. Ada 3 sungai besar yang menyebabkan sedimentasi, yaitu ;Parat, panjang dan Legi. Ketiga sungai tersebut adalah sungai-sungai besar yang banyak pemukiman dan lahan-lahan pertanian disekitarnya. Sampah rumah tangga dan erosi lahan pertanian yang masuk dalam sungai adalah penyebab terjadinya pendangkalan. Pembusukan gulma perairan, seperti; Eceng Gondok, Salvinia, Ganggeng dan Hidrilia yang terakumulasi didasar danau juga menjadi faktor penyebab sedimentasi.
Pendangkalan Rawa Pening secara fisik jelas akan mengurangi debit air yang ada, namun secara ekologis akan berdampak besar terhadap mahluk hidup yang ada di perairan. Akumuluasi materi organik dari pembusukan tanaman air oleh mikroorganisme didasar danau. Biokonversi materi organik berimbas terbentuknya gas Metan dan H2S. Pada waktu-waktu tertentu, gas tersebut akan naik kepermukaan. Pada saat hujan tiba terjadi pelepasan gas dalam jumlah banyak kepermukaan. Air hujan yang dingin akan bercampur dengan air rawa yang hangat, sehingga terjadinya arus didalam perairan. Adanya arus didalam perairan mengakibatkan gerakan didalam, sehingga bagian dasar akan terangkat. Terangkatnya bagian dasar danau menyebabkan air menjadi keruh, bau busuk. Bau busuk akibat naiknya gas Metan dan H2S adalah gas-gas beracun yang bisa meracuni ikan-ikan di karamba.
Gulma perairan terutama Eceng Gondok yang perkembang biakanya tidak terkendali juga menjadi masalah tersendiri. Ledakan populasi Eceng Gondok akibat materi organik Rawa Pening yang kaya unsur hara, terlebih lagi limbah rumah tangga berupa unsur Phospat. Eceng Gondok yang menutupi permukaan danau menyebabkan laju penguapan 7 kali lebih cepat dan menghambat penetrasi cahaya ke perairan. Tidak hanya dampak negatif yang ditimbulkan oleh sedimentasi dan gulma air, tetapi setidaknya masih ada sisi postif yag bisa dimanfaatkan. Sedimentasi akibat gulma air bisa dijadikan pupuk yang diambil dari dasar danau. Gulma air secara ekologis berperan sebagi tempat berlindung dari fauna-fauna dibawahnya dan sebagai penyerap logam berat.
Kwalitas fisik air juga harus diperhatikan sebab akan mempengaruhi organisme yang hidup didalamnya. Limbah rumah tangga dan pertanian adalah cemaran yang paling besar kontribusinya untuk Rawa Pening. Sudah tidak terhitung berapa banyak cemaran yang masuk dan terakumulasi, setidaknya telah mengubah kandungan bahan kimia didalam perairan. Cemaran-cemaran di perairan akan secara langsung kontak dengan organisme didalamnya. Ikan, kerang, keong dan udang adalah fauna air yang biasa ditangkap dan dibudidayakan di Rawa Pening. fauna-fauna tersebut yang telah terkontaminasi cemaran jika dikonsumsi manusia maka akan terjadi perpindahan bahan cemaran. Dampak cemaran seperti logam berat, racun dan mikroorganisme akan mengakibatkan gangguan kesehatan. Untuk melihat seberapa besar kondisi kwalitas air Rawa Pening perlu kajian ilmiah untuk membuktikannya.
Analisa dari contoh perairan Rawa Pening perlu dilakukan di Laboratorium yang representatif sehingga bisa diperoleh hasil yang akurat. Data-data yang diperoleh nantinya bisa dijadikan rujukan bagaimana penanganan Rawa Pening agar terjaga kwalitas airnya. Tidak hanya monitoring saja, tetapi sosialisasi kepada semua pihak yang terkait dan terlibat dalam Rawa Pening agar bisa menjaga kelestarian Rawa Pening. Perlu kerja sama antar stake holder agar pemanfaatan Rawa Pening bisa lebih optimal untuk kesejahteraan bersama dengan tetap mengedepankan aspek ekologi.
_______
Sumber : Klik Disini
Related Articles
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.


......... kemal kii memang ogg....
BalasHapus